4. PENILAIAN AUTENTIK
1.
Pengertian
Penilaian Autentik
Penilaian
autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk menjelaskan
berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan
keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam
dunia nyata di luar lingkungan sekolah (Hymes, 1991). Dalam hal ini adalah
simulasi yang dapat mengekspresikan prestasi (performance) siswa yang ditemui di dalam praktik dunia nyata.
Dalam
American Library Association, penilaian autentik didefinisikan
sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan
sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam
pembelajaran. Dalam Newton
Public School, penilaian autentik diartikan sebagai penilaian atas produk
dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta
didik. Wiggins (1993) mendefinisikan penilaianautentik
sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas
dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran,
seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisis moral terhadap peristiwa, berkolaborasi
dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
Penilaian
autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat
populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki
ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki
bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat juga
diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada
umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.
Penilaian
autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes
berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban
singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses
pembelajara, karena memang bisa digunakan dan memperoleh legitimasi secara
akademik.
Penilaian
autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja
sama dengan peserta didik. Dalam penilaianautentik, seringkali pelibatan siswa
sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar
lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta
untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka
meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta
mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru
menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian
keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
Penilaian
autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar,
motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena
penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik
berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik
bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus
mereka lakukan.
Penilaian
autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik
karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana
belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta
didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah
atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu,
guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk
materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
2. Penilaian Autentik dan Belajar Autentik
Menurut
Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang
dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau
kehidupan pada umumnya. Penilaian semacam ini cenderung berfokus pada
tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan
mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Contoh
penilaian autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan mengaplikasikan
atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran,
portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan
sesuatu.
Penilaian
autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang
berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat
kerja. Kedua, penilaian atas
tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan
untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang ada.
Dengan
demikian, penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara
terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu
yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui
penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan
kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna
bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam
pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan saintifik, memahami
aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam,
serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di
sini, guru dan peserta didik memiliki
tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka
ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab
untuk tetap pada tugas. Penilaian autentik pun mendorong peserta didik
mengonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan,
menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi
pengetahuan baru.
Penilaian
autentik memandang penilaian dan pembelajaran adalah merupakan dua hal yang
saling berkaitan. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata.
Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Berikut contoh-contoh tugas autentik:
pemecahan masalah matematika, melaksanakan percobaan, bercerita, menulis
laporan, berpidato, membaca puisi, dan membuat peta perjalanan.
Sejalan
dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru
autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada
penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi
kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.
a.
Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan
peserta didik serta desain pembelajaran.
b.
Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta
didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan
pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk
melakukan akuisisi pengetahuan.
c.
Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat
informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
d.
Menjadi kreatif tentang bagaimana proses
belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di
luar tembok sekolah.
3. Jenis-jenis Penilaian Autentik
Dalam
rangka melaksanakan penilaianautentik yang baik, guru harus memahami secara
jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri
sendiri, khususnya berkaitan dengan: (1) sikap, pengetahuan dan keterampilan apa yang akan dinilai; (2) fokus
penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan; dan (3)
tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.
a. Penilaian Sikap
Contoh
muatan KI-1 (sikap spiritual) antara lain: ketaatan beribadah, berperilaku
syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, toleransi dalam
beribadah. Contoh muatan KI-2 (sikap
sosial) antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya
diri, bisa ditambahkan lagi sikap-sikap yang lain sesuai kompetensi dalam
pembelajaran, misal : kerja sama, ketelitian, ketekunan, dll. Penilaian apek
sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antarteman, dan
jurnal.Penilaian sikap ini
bukan merupakan penilaian yang terpisah dan berdiri sendiri, namun merupakan
penilaian yang pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan,
sehingga bersifat autentik (mengacu kepada pemahaman bahwa pengembangan dan penilaian
KI 1 dan KI 2 dititipkan melalui kegiatan yang didesain untuk mencapai KI 3 dan
KI 4).
1)
Observasi
Merupakan teknik penilaian
yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang diamati, terkait dengan kegiatan pembelajaran
yang sedang berlangsung. Hal ini dilakukan saat pembelajaran di kelas maupun di
luar kelas.
2)
Penilaian
Diri
Merupakan teknik penilaian
dengan cara meminta peserta didik untuk melakukan refleksi diri/perenungan dan
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
3)
Penilaian
Antar teman
Merupakan teknik penilaian
dengan cara meminta peserta didik untuk
saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik
selama kegiatan pembelajaran berlangsung (biasanya dilakukan ketika peserta
didik melakukan kegiatan kelompok, dan penilaian dilakukan antar anggota
kelompok). Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
4)
Jurnal
Catatan Guru
Merupakan catatan pendidik
di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang
kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil
observasi.
b. Penilaian Pengetahuan
Aspek
pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut ini.
1)
Tes tulis
Meski konsepsi penilaian autentik muncul dari ketidakpuasan
terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian
tertulis atas hasil pembelajaran tetap bisa dilakukan. Tes tertulis terdiri
dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai
jawaban. Memilih jawaban terdiri dari
pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan
sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi,
jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik
mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.
Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga
mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan
memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap
terbuka memperoleh nilai yang sama.
2)
Tes Lisan
Tes
lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap (oral)
sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan
keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf yang
diucapkan.
3)
Penugasan
Penugasan
adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah
baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.
c. Penilaian Keterampilan
Aspek
keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:
1)
Penilaian Kinerja
Penilaian
kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas
pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas
memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari.
Penilaian
autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan
meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan
mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan
informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik
baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan
kelas.
Ada
beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja, antara
lain sebagai berikut.
-
Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya
unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam
sebuah peristiwa atau tindakan.
-
Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis
laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan
seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
-
Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 4 = baiksekali, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang.
-
Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta
didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan
informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil
atau belum. Cara seperti ini tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup
dianjurkan.
-
Rubrik: alat pengukuran
yang mempunyai skala atau point yang tetap dan jelas untuk setiap criteria
penilaian. Sangat disarankan untuk menggunakan rubrik yang mempunyai 4 poin
skala (1-4) sehingga pemberian skor nilai tengah dapat dihindarkan (misalnya
skala 1-3 akan terjadi sebuah kecenderungan untuk memberikan skor 3 pada
sebagian besar hasil)
Gambar 1.6 Komponen dalam Rubrik
Penilaian kinerja
memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkahlangkah kinerja
harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu
atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek
kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh
peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus
utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan
diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan
diamati.
Pengamatan
atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk
menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan
berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya pada konteks yang,
seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan
diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati
kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian
sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
2) Penilaian
Proyek
Penilaian
proyek (project assesment) merupakan
kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik
menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi
yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian,
penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan,
penyelidikan, dan lain-lain. Penilaian proyek sangat dianjurkan karena membantu mengembangkan keterampilan
berpikir tinggi (berpikir kritis,
pemecahan masalah, berpikir kreatif) peserta didik.
Selama
mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan
untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Dengan demikian,
pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian
khusus dari guru.
-
Keterampilan peserta didik dalam memilih
topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna
atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
-
Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran
dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh
peserta didik.
-
Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang
dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk
proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data,
analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan
instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat
dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk
akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian
produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil
akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud
meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti
makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain),
barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan
karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk
tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara
keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
3)
Penilaian Portofolio
Penilaian
dengan memanfaatkan portofolio merupakan penilaian melalui sekumpulan karya
peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan
selama kurun waktu tertentu. Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik
untuk memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang
tertentu. Dengan demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara
menyeluruh tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta didik.Portofolio
merupakan bagian terpadu dari pembelajaran sehingga guru mengetahui sedini
mungkin kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam menguasai kompetensi pada
suatu tema.
Berikut
ini hal-hal yang harus dilakukan dalam menggunakan portofolio.
-
masing-masing peserta didik memiliki
portofolio sendiri yang di dalamnya memuat hasil belajar siswa setiap muatan
pelajaran atau setiap kompetensi.
-
menentukan hasil kerja apa yang perlu dikumpulkan/disimpan.
-
sewaktu waktu peserta didik diharuskan membaca
catatan guru yang berisi komentar, masukan dan tindakan lebih lanjut yang harus
dilakukan peserta didik dalam rangka memperbaiki hasil kerja dan sikap.
-
peserta didik dengan kesadaran sendiri
menindaklanjuti catatan guru.
-
catatan guru dan perbaikan hasil kerja yang
dilakukan peserta didik perlu diberi tanggal, sehingga perkembangan kemajuan
belajar peserta didik dapat terlihat.
Penilaian portofolio merupakan penilaian
atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil
kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja
peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan
refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi
tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang dituntut oleh topik atau muatan pelajaran tertentu. Fokus penilaian
portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok
pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh
guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan
mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil
karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi
musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian,
sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik
dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
-
Guru menjelaskan secara ringkas esensi
penilaian portofolio.
-
Guru atau guru bersama peserta didik
menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
-
Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok,
mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
-
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio
peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
-
Guru menilai portofolio peserta didik dengan
kriteria tertentu.
-
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik
membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
-
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik
atas hasil penilaian portofolio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar